Avesiar – Jakarta
Paska pelonggaran PPKM yang sebelumnya telah berlangsung berjilid-jilid dan keluangan bagi para siswa mulai PAUD, SD, SMP, hingga SMA, dengan diselenggarakannya Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas, masyarakat merasakan sebuah kegembiraan.
Setelah lebih dari 1,5 tahun melakukan sekolah secara daring, anak-anak saat ini sudah mulai diujicobakan untuk melakukan belajar secara offline, meskipun waktu interaksi dibatasi sesuai dengan ketentuan dari Satuan Tugas Covid-19 Nasional yang diaplikasikan oleh seluruh Satgas di daerah.
Kegembiraan yang berlangsung bisa dikatakan suatu hal yang wajar, namun bagi sebagian pihak bisa dikatakan dalam berlanjut menjadi sebuah euphoria, mengingat kelonggaran yang berlangsung memang sangat melegakan.
Ahli kesehatan jiwa Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) Cengkareng, Jakarta Barat, dr. Djoni Ismoyo, Sp.Kj, menyampaikan bahwa euforia adalah perasaan bahagia yang lebih dari batas kewajaran.
“Tapi saya lihat kebahagian yang terjadi ini masih bisa dianggap wajar. Karena suasana ini sudah ditunggu hampir 2 tahun. Jadi biarkanlah perasaan bahagia itu menghampiri setiap orang dan bersyukurlah,” ujar dokter senior 65 tahun itu kepada avesiar.com, Senin (18/10/2021).
Namun, Djoni juga berpesan bahwa euphoria boleh-boleh saja, namun harus memperhatikan kondisi lingkungan. “Boleh kita euforia, tetapi tetap menjaga perilakunya dan perasaannya, agar tidak menyebabkan orang di sekitarnya terganggu,” tambah dia.
Euforia mungkin bisa terjadi pada orang tua, guru, dan anak didik, di saat sudah mulai bisa sekolah dan bersosialisasi lagi seperti saat ini. Demi menjaga kondisi yang mulai membaik ini, dokter Djoni berpesan agar dapat menjaga prilaku masing-masing individu
“Euforia pada siapapun status yang bersangkutan akan menyebabkan perilaku yang agak di luar nalar dan kewajaran. Harus tetap dibutuhkan kontrol diri yang proporsional. Yang pokok adalah protokol kesehatan 3M atau 5M utk saat ini masih bisa digunakan,” tuturnya. (ave)
Discussion about this post