Avesiar.com
Pergaulan sehari-hari antara sesama Muslim diharapkan senantiasa memberi manfaat serta saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Tentu hal ini menjadi sebuah nilai positif yang juga bernilai pahala dalam jalinan hablum minannas.
Namun sering dalam komunikasi pergaulan ada yang mengarah pada hal-hal yang negatif, yang terjadi karena terbawa oleh suasana dan jenis pergaulan. Hal yang sering tersamarkan dampak negatifnya bagi diri sendiri dan orang lain adalah pembicaraan ghibah dan atau fitnah.
Ghibah dan fitnah, seperti dikutip dari Dalam Islam, adalah hal yang sering kali dilakukan tanpa sadar oleh semua orang. Ghibah dan fitnah sering kali dilakukan ketika manusia satu berkumpul dengan manusia lainnya dan kurang bisa menjaga pembicaraan untuk sesuatu yang baik.
Padahal, Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa lebih baik kita diam ketika tidak mampu membicarakan kebaikan.
Seringkah kita melakukan ghibah dan fitnah? Jangan sampai pahala kebaikan kita rusak karena kita melakukan ghibah dan fitnah. Sama hal nya seperti kita membakar diri kita sendiri. Tentu merugi dan sangat besar dosanya.
Perbedaan Ghibah dan Fitnah
Berikut beberapa pemahaman terkait perbedaan ghibah dan fitnah, di antaranya:
Pengertian Ghibah
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Di dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang. Ghibah sendiri berarti kita membicarakan dan menyebutkan kejelekan orang lain yang padahal seharusnya tidak perlu dibuka atau yang ia tidak sukai. Tentu tidak ada satu orang pun yang suka dighibahi oleh orang orang yang lain, karena seperti menusuk dari belakang.
Orang yang ghibah sendiri tentu bukan berniat untuk mencari kebenaran atau memecahkan suatu permasalahan, akan tetapi hanya untuk sekedar melampiaskan dan memuaskan hawa nafsu untuk membicarakan kejelekan orang lain. Tentu saja hal ini harus diwaspadai karena walaupun kejelekan tersebut adalah sebagai fakta atau kenyataan, akan tetapi hal ini sangat berpotensi bergeser menjadi fitnah yang lebih besar.
Penyebab Ghibah
Penyebab ghibah biasanya terjadi karena beberapa hal. Di antaranya adalah :
- Adanya kebencian atau sakit hati terhadap orang tertentu.
- Tidak ada aktivitas yang produktif sehingga membicarakan orang lain.
- Menjadi kenikmatan tersendiri.
- Tidak suka mencari kebenaran.
- Dorongan pergaulan atau pengondisian lingkungan.
Untuk itu, jangan sampai umat islam terjebak oleh masalah gibah. Sebaiknya penyebab tersebut dihindari dan carilah aktivitas produktif yang lebih baik lagi dan bermanfaat untuk diri kita atau orang lain di sekitar.
Dosa Ghibah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sudah menyatakan bahwa dosa ghibah berat dari dosa zina,
“Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya.” (HR At-Thabrani).
Pengertian Fitnah
Fitnah berbeda dengan ghibah. Fitnah sendiri dalam islam seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Artinya, berita yang disampaikan dari fitnah adalah berita yang palsu atau salah, tidak sesuai dengan kebenarannya. Untuk itu, berita fitnah tidak bisa dibenarkan dan memberikan pengaruh yang buruk bagi nama baik seseorang.
Fitnah sendiri, tentu saja menyebabkan konflik dan perpecahan pada satu orang dengan orang yang lain. Bahkan, fitnah sendiri sangat sulit untuk dibenahi. Persepsi seseorang bisa berubah akan sebuat berita yang sudah tersebar dan diyakini terlebih dahulu. Untuk itu, jangan sampai membuat persepsi tersebut terus tumbuh semakin banyak orang dengan berita yang tidak benar.
Penyebab fitnah biasanya terjadi karena beberapa hal. Di antaranya adalah sebagai berikut :
- Tidak melakukan koreksi dan analisa data.
- Terlalu cepat menyimpulkan.
- Adanya kebencian.
- Tidak bisa membedakan benar dan salah.
- Subjektifitas.
- Kurangnya ilmu atau kebenaran.
Larangan membawa berita bohong
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Dalam surat Al-Baqarah ayat 191, Allah dengan tegas menyebutkan bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Maka kita harus memerangi fitnah dan kebohongan, serta jangan pernah memalingkan diri kita dari kebenaran.
“Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 191)
“Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing setengahnya yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Jadi patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bertanya pada sahabatnya,
“Siapakah orang yang bangkrut?” lalu mereka berkata, “Orang yang tidak memiliki kekayaan”. Kemudian Rasulullah SAW berkata “Bukan itu, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai amal ibadah.” Lalu sahabat bertanya kembali, “Bahkan ketika orang tersebut mengerjakan shalat dan puasa?” Dan Rasulullah menjawab, “Bahkan ketika dia salat dan puasa karena perbuatan baiknya akan diberikan kepada orang yang terzalimi, dia ghibah dan juga fitnah bahkan perbuatan buruk orang yang di fitnah dan di tindas akan diberikan kepada orang yang memfitnah.”
Pada dasarnya antara ghibah dan fitnah memiliki perbedaan pada informasi dan kualitas data yang disampaikan. Ghibah belum tentu salah beritanya, karena ghibah bisa jadi adalah kebenaran. Akan tetapi fitnah sudah pasti jelas-jelas salah karena ia adalah data yang keliru dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Cara Menghindari Ghibah dan Fitnah
Karena perbuatan ghibah dan fitnah adalah sesuatu yang berdosa, maka hal tersebut harus dihilangkan dan jangan sampai ada pada diri umat islam. Untuk itu, sesuatu yang dosa maka harus ditinggalkan dan jangan sampai terulang kembali. Berikut adalah cara agar terhindar dari pembicaraan yang ghibah dan fitnah.
Menghindari Membicarakan Orang Lain
Ketika membicarakan seseorang, maka saat itu berhati-hatilah. Membicarkaan kebaikannya akan membawakan hikmah dan inspirasi yang banyak. Akan tetapi, jika membicarakan kejelekan-kejelekannya biasanya manusia cenderung tidak akan pernah berhenti dan asik untuk mengungkapkan berbagai hal tersebut.
Ketika sudah ada pembicaraan tentang orang lain, maka kita harus waspada jangan sampai masuk kepada membicarakan juga kejelekannya dan segala aib-aibnya. Tidak ada manusia yang sempurna dan terbebebas dari dosa. Manusia manapun akan mendapatkan dosa dan kesahalah walau berbeda-beda.
Untuk itu, tutupilah aib saudara, karena kita pun memiliki aib yang sama. Bagaimanapun persaudaraan islam harus dijaga karena ini sesuai dengan ukhuwah Islamiyah, insaniyah, dan wathaniyah yang diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Tidak Ikut-Ikutan dalam Pergaulan yang Sering Berghibah
Agar terhindari dari ghibah dan fitnah, maka carilah pergaulan yang juga luas dan menghindari ghibah itu sendiri. Ikutilah lingkungan yang baik dan menghindari untuk membicarakan segala aib atau berita yang keliru. Pergaulan yang baik akan membicarakan kebaikan diiringi dengan saling menyemangati untuk berbuat kebaikan, bukan berbuat kerusakan.
Melakukan Aktivitas Produktif
Menghindari ghibah dan fitnah bisa kita lakukan dengan melakukan aktivitas produktif. Aktivitas produktif menjauhkan kita dari perilaku membicarakan keburukan orang lain atau hal-hal yang sia-sia.
Dengan melakukan aktivitas produktif, pikiran dan apa yang kita lakukan akan mengarah pada hal yang lebih bermanfaat bukan pada hal yang sia-sia.
Contoh perilaku produktif misalnya saja : menulis, membaca hal yang bermanfaat, melakukan olahraga, mengikuti majelis ilmu, atau bisa juga bersilahturahmi namun dengan niat kebaikan bukan untuk membicarakan orang lain.
Memperbanyak Ilmu dan Wawasan yang Luas
Ilmu dan wawasan yang luas menjauhkan seseorang dari berita jahat atau berita yang tidak benar. Ilmu dan wawasan yang luas membuat pikiran kita tidak sempit dan hanya dalam satu sudut pandang atau frame yang sempit saja. Untuk itu, luaskanlah dan perbanyaklah imu kita agar kita bisa memecahkan banyak persoalan dan menghindari pembicaraan yang sesat.
Tidak asal bicara
Jika memang tidak tahu, maka katakanlah tidak tahu. Jika memang kita tidak memiliki data maka ucapkanlah memang kita tidak memiliki data. Tentu umat islam tidka boleh asal bicara karena setiap apa yang kita bicarakan akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Wallahua’lam.
(ard/dari berbagai sumber)
Discussion about this post