Avesiar – Malang
Setiap Muslim memiliki lika liku perjalanan dalam hidupnya. Sering saat mengejar dunia, kebutuhan akhirat agak terabaikan. Namun, setiap Muslim pasti punya niat untuk hijrah menuju kebaikan. Terutama dalam memperbaiki ibadahnya.
Di antara ibadah-ibadah yang dilakukan setiap Muslim salah satunya adalah membaca Al Qur’an. Karena kitabullah adalah panduan dan pegangan hidup, maka setiap Muslim wajib untuk membacanya. Untuk bisa membacanya, dibutuhkan kemampuan membaca huruf-huruf hijaiyah dan merangkainya dalam bacaan yang tepat.
Dulu saat kecil kita pernah diajarkan membacanya oleh para guru ngaji dan juga di sekolah. Jika saat dewasa kita mulai lupa atau tanpa sengaja terlupa untuk kembali lagi membaca Al Qur’an karena kesibukan dunia, mungkin kini saatnya kita kembali belajar untuk membacanya dengan baik semampu kita.
Tentu saja untuk mampu membaca Al Qur’an kita harus diajarkan oleh seorang guru mengaji. Hal ini agar kita dapat memahami cara membacanya. Meskipun tidak sebaik para pembaca Al Qur’an yang mahir, namun kesungguhan untuk belajar agar mampu membacanya adalah sebuah ikhtiar yang semoga Allah ridhai.
Kebutuhan belajar mengaji seperti ini mendasari lahirnya lembaga Al Barqy yang fokus mengajarkan membaca Al Qur’an. Al Barqy adalah lembaga pendidikan yang dikhususkan untuk mereka yang ingin belajar maupun mengajr membaca Al Qur’an.
Menurut Ketua Yayasan Lembaga Al Barqy Muhammad Romzul Islam, mereka mendalami dan meneliti segala macam aspek pembelajaran membaca Al Qur’an. Bagaimana agar dapat dengan mudah diajarkan kepada siapapun muridnya. Baik mereka yang kecerdasannya normal maupun mereka yang mempunyai kebutuhan khusus.
“Mengenai latar belakang didirikannya. Pada sekitar tahun 1960an, pendiri Yayasan almarhum Ustaz Muhajir Sulthon mengajar pada salah satu lembaga pendidikan berbasis Islam di sekitar Masjid Ampel Surabaya. Kawasan tersebut adalah termasuk salah satu kawasan yang religius di Surabaya. Beliau menangkap fenomena bahwa banyak muridnya yang belum bisa membaca Al Qur’an. Padahal mereka berada di wilayah yang religius. Beliau berpikir, “Bagaimana dengan anak-anak dan orang dewasa yang berada di luar wilayah itu?” terang pria yang akrab dipanggil Rommy itu kepada Avesiar.com, baru-baru ini.
Menurut Rommy. hal itulah yang mengilhami almarhum untuk mulai membuat draft bagaimana belajar mengaji yang lebih mudah dipahami oleh mereka yang belajar. Akhirnya, lanjut pria kelahiran Surabaya 50 tahun silam ini, diterbitkanlah buku mengaji cepat metode Al Barqy.
“Paling awal itu dicetak sekitar tahun 1983. Kemudian setelah itu beliau mendirikan Lembaga Pendidikan Al Qur’an Al Barqy yang dikenal dengan nama LEPA Al Barqy di Surabaya. Didirikan oleh Ustaz Muhadjir Sulthon dengan beberapa sahabat beliau yang concern dengan pembelajaran membaca Al Qur’an di Indonesia,” bebernya.
Selain menangkap fenomena di mana banyak anak-anak yang berada di lingkungan religius tetapi tidak bisa mengaji, kata Rommy, almarhum Ustaz Muhadjir Sulthon juga mencermati bahwa banyak orang dewasa yang belum bisa membaca Al Qur’an juga.
Menjalankan lembaga yang mengajarkan masyarakat untuk bisa membaca Al Qur’an bagi Al Barqy adalah sebuah wujud syukur bahwa mereka bisa membantu orang yang belum bisa membaca Al-Quran dengan cara yang lebih mudah dipahami. Sehingga banyak orang yang sudah putus asa dalam belajar membaca Al Qur’an, bisa terbantu.
“Target kami adalah mereka semua yang memang belum bisa membaca Al Quran. Mulai dari anak-anak tingkat PAUD sampai orang dewasa yang usianya sudah lanjut. Intinya mereka yang mengalami kesulitan belajar membaca Al Quran, meskipun sebenarnya mereka sudah pernah belajar sebelumnya,” ujarnya.
Rommy menjelaskan bahwa pembeda metode belajar membaca Al Qur’an yang dimiliki Al Barqy berbeda dengan lain. Yang pertama, kata dia, Insya Allah metode Al Barqy itu lebih mudah dipahami murid saat belajar. Sehingga mereka lebih cepat bisa membaca Al Qur’an. Yang kedua, lanjut Rommy, guru-guru Al Barqy tahu kapan muridnya bisa mulai membaca Al Qur’an.
“Kebiasaan guru mengaji itu kalau mengajar kan hanya datang lalu mengajar halaman 1, misalnya.
Besok, datang lagi ke halaman 2, begitu seterusnya tanpa tahu kapan waktunya murid ini bisa mulai membaca Al Qur’an,” jelasnya.
Sedangkan dengan metode Al Barqy, beber Rommy, Insya Allah guru-guru Al Barqy itu tahu kapan muridnya bisa mulai membaca Al Qur’an dan menyampaikan langsung ke murid yang diajar. (ard)
Discussion about this post