Avesiar – Jakarta
Pola pembelajaran PTM (Pertemuan Tatap Muka) 100 persen untuk pendidikan setingkat SD dan SMP saat ini menjadi salah satu opsi pembelajaran offline yang mencetuskan pro dan kontra di masyarakat dan para ahli.
Menyikapi hal tersebut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PTM 100 persen untuk tetap mengutamakan perlindungan bagi anak-anak.
IDAI ingin memastikan semua anak terlindungi dari ancaman virus Covid-19, terutama varian Omicron, sebagaimana dikutip dari jawapos.com, Senin (17/1/2022).
Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso menyatakan bahwa data dari negara-negara di Afrika dan Eropa, plus Amerika Serikat (AS), menunjukkan tren pertumbuhan kasus pada anak. Indonesia pun tidak bisa mengabaikan alarm tersebut. ’’Untuk PTM 100 persen, guru dan petugas sekolah harus sudah menerima vaksinasi lengkap Covid-19,” tegasnya kepada Jawa Pos, (9/1/2022).
Dia juga meminta supaya anak-anak yang boleh PTM hanyalah yang sudah menerima vaksinasi lengkap. Yakni, dua dosis atau dua kali suntik.
Lebih detail, IDAI meminta PTM untuk anak usia 12–18 tahun selalu memperhatikan grafik angka kasus Covid-19 di daerah masing-masing. Piprim menegaskan bahwa PTM 100 persen bisa dilaksanakan asal tidak ada transmisi lokal Omicron.
Opsi PTM dengan metode hybrid, 50 persen daring dan 50 persen luring, juga terbuka. Khusus untuk anak didik usia 6–11 tahun, IDAI menyebut PTM di luar ruangan alias outdoor sebagai pilihan yang paling ideal. ’’Fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, lapangan olahraga, atau ruang publik terpadu ramah anak,’’ bebernya.
Sementara itu, bagi anak didik usia 6 tahun ke bawah, IDAI tidak menganjurkan PTM jika masih ada peningkatan kasus Covid-19.
Piprim berpesan kepada pihak sekolah dan para orang tua agar memperhatikan komorbiditas anak. Misalnya, diabetes melitus, ginjal kronik, autoimun, paru kronis, obesitas, dan hipertensi. ’’Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi lebih dulu dengan dokter spesialis anak,” imbaunya. Dia juga menekankan agar pihak sekolah memberikan kebebasan kepada orang tua dalam memilih metode pembelajaran. Baik itu PTM maupun daring. “Tidak boleh ada paksaan,” tegasnya. (ard)
Discussion about this post