Avesiar – Jakarta
Banyak hal dalam kehidupan ini yang sering kali membuat manusia bahagia dan sedih. Ada kalanya manusia merasa percaya diri, dan ada kalanya merasa takut dan cemas. Perasaan ini berkaitan dengan kebutuhan dunia, dan lebih penting lagi untuk urusan akhirat. Hal ini karena manusia sejatinya sangat bergantung pada Sang Khalik, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebagai seorang Muslim, kita perlu menyadari bahwa rasa takut dan cemas sudah menjadi fitrah yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan. Rasa takut dan cemas inilah yang justru seharusnya semakin membuat seorang Muslim semakin yakin dan percaya bahwa hanya Allah Azza Wa Jalla satu-satunya tempat bersandar dan memohon. Agar menjadi insan yang bertakwa.
Jadi wajar jika sebagai manusia, seseorang memiliki rasa takut dan cemas akan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan dan kebutuhannya sebagai manusia dalam kehidupan di dunia yang fana dan utamanya demi akhirat yang abadi. Untuk itulah dibutuhkan ikhtiar dan kesabaran.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Qur’an:
“Dan sungguh Kami akan mengujimu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam hal harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang bersabar.”
(QS al-Baqarah, ayat 155).
“..(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.”
(QS al-Anbiya, ayat 49)
Tentu hal ini yang membuat manusia tidak berputus asa untuk menjadi hamba yang taat, bertobat meminta ampun atas dosa-dosanya, tidak mengulangi kesalahan dan dosa, serta memperbanyak amal kebaikan untuk kemaslahatan dunia dan akhiratnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS az-Zumar, ayat 53).
Hal ini tentu akan menjadikan kita menyadari bahwa keadaan yang kita alami tidak lepas sedikitpun dari pengawasan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga sebagai Muslim, kita berupaya untuk terus memohon ampunan dan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Senang dan sedih mungkin datang silih berganti. Namun, keadaan tersebut seharusnya membuat seorang hamba sadar bahwa itulah jalan menuju ketakwaan. Senantiasa berdoa dengan penuh harap dan cemas kepada Allah, yang bagi orang-orang tertentu diiringi air mata memohon belas kasih Allah yang Maha Pengampun dan Maha Pemurah.
Hal ini sesuai firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Qur’an:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.”
(QS al- Anbiya’, ayat 90)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun mengingatkan umatnya untuk merasa cemas dan takut kepada Allah dan hari kemudian, agar memohon pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Dari Abu Sa’id al-Khudriy RA, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Bagaimana aku bisa bersenang-senang, padahal malaikat peniup sangkakala telah memasukkannya ke dalam mulut dan ia hanya menunggu izin, kapan ia diperintah untuk meniup sangkakalanya. “Berita ini sangat berat sekali didengar oleh para sahabat. Kemudian beliau bersabda, “Ucapkanlah, ‘Hasbunallaahu wani’mal wakil’ (Allah yang mencukupi kami dan Ia sebaik-baik yang menjamin).”
(HR Tirmidzi).
Semoga ulasan ini menjadi pengingat kita sebagai seorang Muslim dalam keadaan apapun untuk berupaya menjadi hamba yang bertakwa dan menyadari serta berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga dalam kondisi apapun, kita bersegera mengingat Allah, memohon ampunan dan pertolongan, serta beribadah dengan kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Wallahua’lam. (ard)
Discussion about this post