Avesiar – Jakarta
Sejarah Islam mengukir dua wanita pemberani yang turut berperang bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan sahabat beliau. Meskipun wanita, keberanian mereka tidak kalah dengan para sahabat lainnya. Mereka adalah Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha dan Khaulah Binti Azur, seperti dilansir umma.id.
Nusaibah Binti Ka’ab, Si Perisai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Nusaibah binti Ka’ab miliki panggilan Ummu umarah. Ia adalah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari kalangan wanita yang telah mengukirkan banyak jasa untuk dakwah Islam. Nusaibah binti Ka’ab adalah wanita yang tangguh lagi pemberani dan lambang keberanian yang abadi. Kisahnya yang paling dikenal adalah ketika umat Islam berperang melawan orang-orang kafir dalam Perang Uhud.
Ketika itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tengah berdiri di puncak Uhud dan pada saat itu pula para pasukan musuh tengah mendekat ke arah Rasulullah untuk menyerang beliau. Nusaibah binti Ka’ab yang melihat hal itu lalu mencoba melindungi Rasulullah dengan mengibas-ngibaskan pedangnya untuk menghalau anak panah yang mengarah kepada Rasulullah.
Ia berperang dengan sungguh-sungguh dan penuh keberanian. Bahkan demi melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, ia tidak memperdulikan keselamatan dirinya sendiri. Meskipun pada saat itu Nusaibah menderita luka-luka, namun ia tetap berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ketika melihat Nusaibah binti Ka’ab terluka, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian bersabda,
“Wahai Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka Ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga.”
Mendengar doa dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, semangatnya justru menjadi semakin bergejolak dan tidak lagi mempedulikan rasa sakit akibat luka dan terus berperang untuk membela agama Allah dan Rasul-Nya, Nusaibah berkata, “Aku telah meninggalkan urusan duniawi.”
Nusaibah pun mengisahkan perjuangannya dalam pertempuran Uhud, “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”
Nusaibah juga merupakan wanita yang sabar, ia selalu mementingkan kepentingan orang lain. Contoh dari kesabarannya adalah ketika ia menerima kabar bahwa salah seorang putranya syahid. Ia tidak bersedih, namun justru bangga karena ia yakin bahwa Allah akan memuliakan anaknya di akhirat kelak.
Selain Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain, dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh. Nusaibah meninggal dunia beberapa tahun setelah perang Yamamah.
Khaulah Binti Azur, Pedang Allah dari Kalangan Wanita
Julukan “Pedang Allah” adalah julukan untuk Khalid bin Walid. Namun, Khaulah binti Azur juga memiliki julukan yang sama yakni “Pedang Allah” dari kalangan wanita. Ia adalah salah satu sosok wanita tangguh dan pemberani. Jiwa dan raganya ia korbankan untuk membela Islam. Pada saat kaum Muslimin berhadapan dengan para pasukan Romawi, ia pada mulanya hanyalah sebagai petugas medis dan pemasok logistik bagi para mujahid-mujahidin lainnya.
Suatu ketika, kaum Muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tengah dalam keadaan terdesak. Kemudian datanglah seseorang yang dengan gagah perkasa menunggangi kuda dan menyergap pasukan-pasukan musuh dan membunuh mereka. Pasukan Muslimin pun dibuat tercengang dan penasaran.
Kemudian panglima Khalid bin Walid mendekati orang misterius itu dan berkata, “Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu.” Namun karena masih banyak musuh yang harus dihadapi, Khaulah tidak menjawab pertanyaan Khalid.
Khalid bin Walid kembali bertanya kepadanya, dan Khaulah pun memberitahukan bahwa dirinya adalah Khaulah bin Azur. Mendengar bahwa pejuang yang gagah berani itu adalah seorang wanita, seketika para mujahidin kembali terbakar semangatnya untuk berperang melawan musuh-musuh Allah. (dwi)
Discussion about this post