Avesiar – Jakarta
Bukti kebiadaban Israel yang membabi buta dalam serangannya ke Gaza juga menewaskan jemaah gereja di Kota Gaza yaitu seorang ibu dan anak perempuan yang diduga dilakukan oleh penembak jitu militer Israel.
Tokoh agama Katolik paling senior di Inggris dan uskup agung Westminster Kardinal Vincent Nichols menyatakan bahwa penembakan terhadap di kompleks gereja di Kota Gaza adalah “pembunuhan berdarah dingin.”
“Penembakan itu tidak memajukan hak Israel untuk mempertahankan diri,” katanya dikutip dari The Guardian, Senin (18/12/2023).
Menurut Patriarkat Latin Yerusalem, kedua wanita tersebut dibunuh di dalam paroki Keluarga Kudus di Kota Gaza pada hari Sabtu, (16/12/2023). Sebagian besar keluarga Kristen di Gaza telah mengungsi di kompleks tersebut sejak dimulainya perang.
Pihak partiarkat mengatakan bahwa kedua korban pembunuhan bernama Nahida Khalil Anton dan putrinya Samar ditembak saat mereka berjalan menuju biara saudarinya. Salah satunya terbunuh saat dia mencoba membawa yang lain ke tempat yang aman.
“Tujuh orang lagi ditembak dan terluka ketika mereka mencoba melindungi orang lain di dalam kompleks gereja. Tidak ada peringatan yang diberikan, tidak ada pemberitahuan yang diberikan. Mereka ditembak dengan kejam di dalam lingkungan paroki, di mana tidak ada pihak yang berperang.”
Nichols, yang telah dua kali mengunjungi paroki tersebut, mengatakan kepada Sky News pada hari Senin: “Ini [terjadi] di tempat yang jelas-jelas ditetapkan sebagai tempat gereja, yang saya tidak percaya ada peluncur roket di dalamnya [seperti yang diklaim Israel]. Ini adalah komunitas yang, sejak Oktober, telah melindungi dan merawat ratusan orang.”
“Ini tentu saja merupakan pembunuhan berdarah dingin. Yang benar-benar membingungkan saya adalah bahwa hal ini tidak memberikan dampak apa pun terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri,” imbuhnya.
Sedangkan pada hari Ahad, (17/12/2023), Paus Fransiskus menyatakan Israel menggunakan taktik “terorisme” di Gaza ketika ia menyesalkan pembunuhan terhadap para wanita tersebut.
“Warga sipil tak bersenjata menjadi sasaran pemboman dan penembakan. Dan ini terjadi bahkan di dalam kompleks paroki Keluarga Kudus, di mana tidak ada teroris kecuali keluarga, anak-anak, orang sakit atau cacat, dan biarawati,” kata Paus Fransiskus. (ard)
Discussion about this post