Avesiar – Jakarta
Tentara Israel terpaksa membatalkan jadwal penangkapannya yang membabibuta terhadap 20 warga Palestina di Tepi Barat dalam minggu mendatang, dikutip dari The New Arab, Selasa (25/6/2024). Di penjata milik Israel itu para tahanan melaporkan kondisi yang mengerikan dan penuh sesak.
Terdapat 9.300 tahanan politik Palestina di penjara-penjara Israel, menurut LSM Palestina Adammeer, dan jumlah tersebut melonjak sejak dimulainya perang Gaza pada bulan Oktober.
Perusahaan Penyiaran Publik Israel melaporkan bahwa tentara dan Shin Bet, dinas keamanan dalam negeri, terpaksa membatalkan 20 operasi penangkapan yang direncanakan minggu ini karena kurangnya ruang di penjara.
“Karena kondisi yang memburuk di fasilitas penahanan, layanan keamanan terpaksa menilai risiko yang ditimbulkan oleh para tahanan,” kata perusahaan tersebut.
Pasukan Israel hampir setiap hari melakukan penggerebekan di kota-kota besar dan kecil di Tepi Barat yang diduduki yang sering kali meningkat menjadi pertempuran berjam-jam dengan kelompok bersenjata lokal.
Klub Tahanan Palestina yang memantau kondisi tahanan Palestina mengatakan ada 6.627 warga Palestina yang dipenjara tanpa dakwaan, dalam status yang dikenal sebagai penahanan administratif.
Penahanan administratif menempatkan individu di balik jeruji besi dengan alasan keamanan rahasia yang memungkinkan Israel menahan orang untuk jangka waktu yang tidak ditentukan tanpa tuntutan.
Disebutkan, kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch telah mendokumentasikan kesaksian mengenai kasus-kasus penyiksaan dan degradasi yang mengerikan yang dilakukan terhadap warga Palestina oleh otoritas penjara Israel.
Kamp penahanan militer Israel, Sde Teiman, baru-baru ini menjadi pusat penyelidikan media yang mengungkap kondisi pendistribusian warga Palestina yang ditahan dari Gaza.
Pengungkap fakta mengatakan para pria Palestina dikurung, ditutup matanya secara permanen dan ditempatkan dalam posisi stres, sementara tahanan yang terluka diikat ke tempat tidur rumah sakit dalam keadaan telanjang dan dipaksa memakai popok.
Menanggapi pengungkapan tersebut, pengacara negara Israel mengatakan pihaknya “menghentikan secara bertahap” penggunaan situs yang berfungsi sebagai pangkalan militer sebelum diubah menjadi kamp penahanan selama perang.
Klub Tahanan Palestina menyerukan penyelidikan atas kematian sedikitnya 18 warga Palestina di penjara-penjara Israel. Pekan lalu, ada laporan di media Israel bahwa Komite Palang Merah Internasional dilarang mengunjungi tahanan, hal ini bertentangan dengan konvensi internasional mengenai perlakuan terhadap tahanan.
UNRWA menerbitkan sebuah laporan pada bulan April yang menyatakan bahwa mereka telah mendokumentasikan pembebasan 1.506 tahanan Palestina melalui penyeberangan Karam Abu Salem (Kerem Shalom) di Gaza pada tanggal 4 April, banyak di antara mereka telah menderita penyiksaan, perlakuan buruk dan kekerasan seksual di tangan pasukan Israel. (ard)
Discussion about this post