Avesiar – Jakarta
Video yang beredar daring menunjukkan beberapa petugas polisi mengejar anak laki-laki membawa bendera Palestina, sementara orang-orang yang lewat berusaha melindunginya, menciptakan kemarahan pengguna media sosial di Jerman dan sekitarnya.
Dilansir The New Arab, Ahad (22/9/2024), mereka menyuarakan kemarahan pada hari Minggu setelah polisi Jerman menahan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun selama protes pro-Palestina di Berlin.
Tidak peduli anak laki-laki itu terlihat ketakutan, petugas terus mengejarnya, akhirnya mengepung dan membawanya pergi dengan mobil polisi. Insiden tersebut memicu kritik luas terhadap tindakan pihak berwenang.
Banyak orang menyatakan keprihatinan mereka terhadap kesejahteraan anak itu di platform media sosial X.
Insiden itu digambarkan jurnalis dan penulis Jerman Hanno Hauenstein sebagai “mengganggu” dan “memalukan” bagi X. Sedangkan aktivis Afrika Selatan Andrew Feinstein menyebut penangkapan itu sebagai “tragis dan tidak dapat dipertahankan.”
“Anda tentu berharap bahwa negara yang telah melakukan dua genosida dapat belajar sesuatu dari sejarahnya,” Feinstein menambahkan.
Pemerintah Jerman telah mengambil sikap pro-Israel, sejak Perang Gaza meletus pada Oktober 2023. Mereka menindak segala bentuk protes dan acara pro-Palestina.
Polisi Jerman sebelumnya pernah menyerang anak-anak dalam unjuk rasa pro-Palestina di ibu kota Jerman.
Pada bulan Juni, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun ditahan karena diduga memukul helm seorang polisi dengan benderanya.
Pernyataan saksi yang dibagikan kepada The New Arab mengatakan, ayah anak laki-laki itu menceritakan bahwa ia menggendong putranya di pundaknya selama pawai ketika mereka tiba-tiba dikepung oleh petugas.
Polisi Jerman mengonfirmasi bahwa enam anak di bawah usia 16 tahun telah ditahan pada saat kejadian.
Pada bulan Juli, aktivis Jerman menyuarakan kekhawatiran tentang meningkatnya kekerasan polisi terhadap anak-anak dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada menteri dalam negeri Berlin dan kepala polisi.
“Banyak kasus membuktikan bahwa polisi tidak menjaga dan memastikan perlindungan penting bagi anak di bawah umur dengan menahan anak-anak dan orang muda secara paksa dengan borgol, terkadang tanpa memberi tahu orang tua mereka,” demikian tertulis pada surat itu.
Pola penggunaan kekuatan yang berlebihan dan menyerukan tindakan segera untuk mengatasi masalah tersebut menjadi sorotan para aktivis.
Negara tersebut juga menghadapi kritik atas dukungannya yang berkelanjutan terhadap Israel selama perang di Gaza. Hal itu terbukti dengan meningkatnya tekanan dari kelompok hak asasi manusia untuk menghentikan penjualan senjata.
Meskipun media berspekulasi bahwa ekspor senjata baru-baru ini dihentikan, Jerman telah membantah adanya tindakan tersebut.
Pihak berwenang Jerman belum berkomentar sejak video itu dirilis. (ard)
Discussion about this post