KAMU KUAT – Jakarta
Ketika ingin membeli sesuatu yang kita inginkan kemudian ternyata bisa mewujudkannya tanpa meminta kepada orang tua, itu merupakan salah satu pencapaian besar. Menabung bukan hanya soal menyimpan uang, tapi juga tentang belajar disiplin.
Kebiasaan menabung mungkin terlihat sederhana, tapi dampaknya bisa sangat besar. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, kamu bisa lebih mudah mendapatkan apa yang diinginkan lebih mudah.
Tabungan, dilansir Wikipedia, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kegiatan menabung dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya menyimpan di rumah, seperti di bawah bantal, di bawah tempat tidur, ataupun menyimpannya di bank. Jika menyimpannya di bank, maka pemilik tabungan akan mendapatkan buku tabungan yang berisi informasi seluruh transaksi yang dilakukan.
Namun, untuk menabung sederhana secara konvensional atau tradisional, orang biasanya menabung di celengan atau saat ini banyak berbentuk kaleng khusus yang didesain dengan aneka motif/gambar dan warna yang menarik untuk segala usia.
Berbicara mengenai menabung, beberapa ahli dan perencana keuangan serta para remaja mulai SMP, SMA, dan mahasiswa berikut memberikan pendapat sekaligus pengalaman menabung kepada kanal KAMU KUAT! Yuk, kita simak!
Altamis Basel Abrisam Ave, siswa Kelas 8A, SMP Muhammadiyah 29 Sawangan
Di artikel kamu kuat kali ini siswa yang akrab dipanggil Alta mau berbagi pengalaman tentang bagaimana mengelola Keuangan versi remaja. Alta mengakui memulai menabung sejak Taman Kanak-kanak dan mencoba mengelola uang saku dengan bijak dan hemat. Motivasi Alta ketika menabung salah satunya untuk membeli barang yang diinginkan. Sehingga ia tidak perlu minta lagi kepada orang tua.
Selain dari menabung dari uang jajan sekolah yang sengaja disisihkan, Alta juga mengejar target Peringkat Prestasi saat ujian di Sekolah.
“Alhamdulillah. Karena kalau aku mampu mencapai rangking 1, aku akan mendapat reward dari orang tua untuk menambah tabunganku. Cara aku supaya tidak boros, biasanya aku selalu mencoba mem- budget-kan rencana uang pengeluaran untuk menghindari pemborosan. Salah satunya menghindari membeli barang yang yang tidak penting,” terang Alta.
Selain itu, Alta mempunyai trik agar bisa berhemat, yaitu membawa bekal makan siang dari rumah. Selain hemat, lanjutnya, lebih sehat dan bergizi, “Hindari jajan tidak perlu, Gunakan uang saku untuk kebutuhan penting, Simpan uang receh di celengan, prioritaskan kebutuhan,” ujarnya mantap.
Aisyah Febi Indriyani, siswi kelas 12 MIPA 5, SMA Boash Bogor
Sama dengan Alta, Aisyah juga suka menabung karena ia merasa uang jajannya tidak sebesar teman temannya. “Aku memilih menabung sebagian uang aku. Jadi jika aku butuh sesuatu atau bahkan Mama butuh uang itu bisa pake uang yang aku tabung,” ucapnya.
Menurut Aisyah, dengan menabung jadi disiplin dan lebih santai jika ada keadaan darurat. Aisya biasa menabung di celengan karena lebih fleksibel. Ketika butuh bisa segera diambil. Uang yang biasa ditabung adalah uang recehan dan diusahakan setiap hari atau selama hari sekolah.
“Tapi kadang seminggu 3 kali dan ngga ada strategi khusus. Hanya setiap dapat uang jajan, aku nabung sekitar 25 persennya. Menurut aku pertemanan itu ngaruh kalau kita dapet temen yang rajin menabung, kita jadi kebawa. Begitu juga sebaliknya, kalau kita dapet temen yang suka ngajak main dan jajan terus, itu bakal susah. Kalau mau tetep konsisten, aku bakal nolak sih. Tapi yaa gitu, paling dianggepnya ngga asyik,” beber Aisyah.
Ia mengakui bahwa dari hasil menabung itu biasanya ia jadikan self reward yang kecil-kecil seperti membeli skin care. Tips dari Aisyah ketika menabung jangan melihat nominal, sisihkan uang receh misalnya Rp2000, RP5000. Dan setelah menabung menjadi kebiasaan baik, nanti lama-lama secara tidak sadar isi tabungannya akan banyak.
Andra, mahasiswa semester 4, UPN Jakarta
“Motivasi saya menabung itu karena saya merasa udah makin dewasa dan pengen belajar mandiri, terutama soal keuangan. Rasanya malu kalau harus terus minta uang dari orang tua. Apalagi buat beli sesuatu yang saya inginkan sendiri. Selain itu, menabung bikin saya lebih tenang karena ada simpanan kalau tiba-tiba butuh atau ada keadaan darurat,” jelas Andra.
Jika orang orang lebih suka menabung di celengan, ia lebih suka menabung di bank. Menurutnya, jika menabung di bank, uangnya lebih aman. Tidak mudah diambil dan ada fasilitas seperti mobile banking untuk cek saldo kapan saja.
“Karena saya punya target tabungan. Contohnya, kalau pengen beli sesuatu yang penting atau mahal, saya nabung sampai jumlahnya cukup tanpa habisin semuanya. Jadi, meskipun udah dipakai, masih ada sisa di tabungan buat kebutuhan lainnya. Punya target itu bikin saya lebih semangat nabung juga. Dengan mengatur keuangan, saya jadi lebih hemat,” katanya.
Setiap kali dapat uang jajan, Andra langsung menyisihkan seperti 50 persen untuk ditabung. Kalau uangnya sudah ditabung duluan, ia jadi tidak tergoda untuk habiskan semuanya. Biar konsisten nabung, Andra mengakui biasanya langsung menyisihkan uang di awal, sehingga tidak ada alasan untuk dipakai.
“Saya juga belum terlalu konsisten kok. Yang penting ada sebagian uang yang ditabung setiap kali dapat uang. Triknya, saya bikin target kecil dulu. Misalnya cukup nabung segini dalam seminggu atau sebulan. Kalau udah tercapai, rasanya lebih semangat buat lanjut nabung lagi. Sesekali kalau lagi ada uang lebih, saya tambahin tabungannya,” ungkapnya bangga.
Nah, jika tadi adalah pengalaman para remaja dalam menabung, bagaimana komentar dari para pakar dan perencana keuangan? Kita ikuti arahan dari mereka yuk!
Mokhammad Misdianto, M.Sc., Konsultan Keuangan Syariah
Pada dasarnya pendidikan keuangan semua berawal dari pendidikan keluarga. Jika sejak dini sudah diperkenalkan lingkungan keuangan yang baik, maka akan menjadi pondasi untuk masa depan. Dari kecil dapat diajarkan menabung dan mulai dari situ akan terbentuk pola dalam mengatur keuangan. Di mana sekarang akses keuangan sangat dipermudah, baik ketika membuka tabungan ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Tidak hanya itu, sudah banyak lembaga keuangan yang memudahkan kita dalam meminjam (paylater) ketika kita sudah masuk dalam fase meminjam, maka sudah sulit untuk mengatur keuangan. Karena polanya akan berantakan. Terlihat pada saat akhir bulan, dan ternyata uang sudah habis dan akhirnya terjebak dengan pinjam-meminjam. Jika seperti itu berarti ada yang salah dengan pola keuangan kita.
Untuk mengatur keuangan harusnya ketika sudah mempunyai pemasukan. Kapan itu? Dimulai dari mendapatkan uang saku dari orang tua, walau pun usia masih sangat dini.
Cara mengatur keuangan rumusnya 1, 2, 3, dan 4. Di mana angka 1 itu setiap pemasukan yang kita dapatkan misalnya 10 persennya harus dikeluarkan untuk seperti bersedekah, berinfaq, zakat. Karena apa yang kita keluarkan untuk niat karena Tuhan itu akan dikembalikan kepada kita berkali-kali lipat ganda.
Angka 2 adalah hanya 20 persen saja tidak boleh lebih untuk 3 macam yaitu tabungan, investasi dan asuransi. Karena kalau lebih dari 20 persen juga tidak sehat. Angka 3, adalah 30 persen untuk pinjaman non konsumtif dan tidak boleh lebih dari 30 persen dari pemasukan. Angka 4 adalah 40 persen pengeluaran untuk sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan yang harus berjalan dengan normal.
Ahmad Gozali, Financial Planner Zelts Consulting
Dalam motivasi Mengatur keuangan pada dasarnya motivasi bisa muncul dari 2 faktor: mengejar impian, atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Jadi remaja bisa memiliki motivasi menabung jika ia punya impian beli sesuatu yang tidak dibelikan orang tua. Atau menghindari kondisi keuangan tertentu, misalnya bokek atau tidak bisa jalan bareng temannya. Selama orang tua hadir untuk selalu memenuhi semua keinginannya, anak tidak akan punya motivasi menabung. Karena semuanya ada, tinggal minta.
Maka salah satu poin dalam pendidikan keuangan untuk anak adalah memberikan aturan main uang saku yang jelas. Berapa jumlahnya dalam tempo berapa lama. Sehingga ia bisa memperkirakan sendiri apa yang bisa langsung dibeli, apa yang harus menabung jangka pendek, dan mana yang perlu nabung jangka panjang.
Perlu ada juga aturan main. Apa saja yang boleh minta dibelikan orang tua dan apa yang perlu dibeli sendiri dari uang sakunya, akan terasa dampaknya ketika anak mulai hidup terpisah jauh dari orang tua atau ngekos. Kalau belum mendapatkan pendidikan keuangan sejak dini, maka ia akan gugup dan tidak siap mengelola uangnya. (Resty)
Discussion about this post