KAMU KUAT – Jakarta
Bekal makan siang yang dibawa ke sekolah atau ke kantor oleh banyak orang di zaman sekarang adalah tren yang sangat baik. Kebiasaan ini ternyata sebagai langkah untuk menjaga kesehatan sekaligus menghemat uang saku. Banyak manfaat yang dirasakan saat membawa bekal, salah satunya lebih hemat, higienis, dan lebih bergizi.
Namun, ada juga yang enggan membawa bekal karena memang tidak mempersiapkan keperluan tersebut, tidak terbiasa, bahkan sampai pada tahap gengsi. Sebenarnya membawa bekal selain praktis saat lapar tanpa harus mencari kantin atau pedagang makanan, juga menjadi salah satu kebiasaan hidup bersih, menghemat biaya, dan juga menjamin kadar gizi lebih baik ketimbang membeli.
Untuk tahu tentang kebiasaan membawa bekal untuk makan siang ini, beberapa siswa dan orang tua sahabat kanal remaja KAMU KUAT! berbagi pengalaman mereka. Seperti apa?
Muhammad Amien Nurcahya, siswa kelas 12, SMA Waskito
Membawa bekal ke sekolah sudah menjadi rutinitas yang menyenangkan bagi sebagian siswa. Seperti siswa bernama Amien yang menceritakan pengalamannya tersebut. “Saya senang membawa bekal karena bisa menghemat uang saku saya. Bekal yang dibawa dari rumah biasanya lebih terjamin kebersihan dan gizinya. Bekal favorit saya ayam katsu. Biasanya saya ditanya mau bawa bekal atau tidak, dan saya jawab iya karena memang mau,” ujarnya yang biasa minta disiapkan oleh bunda atau kakaknya.
Amien mengakui tidak pernah merasa malu membawa bekal ke sekolah. Justru ia merasa lebih kenyang dibandingkan hanya jajan di sekolah. Menurut Amien, banyak manfaat yang dirasakan saat membawa bekal. “Keuntungannya, yang pertama lebih hemat, kedua lebih kenyang, dan ketiga bunda bisa mengatur porsi serta gizi yang saya butuhkan,” ujarnya.
Najma Humairah Lubis, siswi kelas 7, MTSN 3 Jakarta Selatan
“Iya, Alhamdulillah, setiap hari bunda masakin buat kita semua, mulai dari aku, kakak, sampai ayah,” ungkapnya.
Meski beberapa siswa mungkin merasa minder, siswi MTSN 3 yang satu ini justru percaya diri membawa bekalnya setiap hari. “Alhamdulillah, saya tidak pernah malu membawa bekal ke sekolah,” katanya. Membawa bekal justru memberinya banyak keuntungan, salah satunya adalah bisa menabung uang jajan. Jadi uang jajan bisa tetap ditabung,” tambahnya.
Najma mengakui suka opor ayam dan ayam kriuk. Biasanya, bekal tersebut disantap di waktu istirahat pertama dan sisanya dimakan saat istirahat kedua. Dengan pola ini, energi tetap terjaga hingga jam pelajaran selesai. Meski membawa bekal, uang jajan tetap diberikan oleh orang tua. Namun, ia memilih untuk menyimpannya sebagai cadangan. “Tetap, uang jajannya disimpan untuk jaga-jaga. Kadang seminggu sekali, kadang seminggu dua kali baru digunakan,” jelasnya.
Rakasyah, siswa kelas 12, SMAN 108 Jakarta Selatan
Raka, mengakui selalu senang membawa bekal ke sekolah. Baginya, membawa bekal dari rumah bukan hanya soal hemat, tapi juga cara menikmati makanan yang lebih sehat dan sesuai selera. Ketika ditanya, “Lebih pilih mana, bekal sekolah atau uang jajan?” Raka dengan cepat menjawab bahwa bekal sekolah tetap menjadi favoritnya.
Bekal favorit Raka ternyata sederhana, nasi goreng. “Bekal yang simpel seperti nasi goreng itu yang paling enak. Praktis, tapi tetap mengenyangkan,” ujarnya. Meski membawa bekal, Raka tetap diberi uang jajan oleh orang tuanya, yang ia gunakan untuk membeli camilan kecil atau minuman.
Menariknya, Raka juga pernah menyiapkan bekalnya sendiri. “Kadang aku masak sendiri kalau lagi sempat. Rasanya ada kepuasan tersendiri kalau makan bekal yang kita buat sendiri,” kata Raka dengen semangat
Saat ditanya apakah ia pernah merasa malu membawa bekal, Raka tegas menjawab, “Enggak pernah malu, sih. Soalnya banyak juga teman-teman yang bawa bekal. Jadi, malah seru kalau bisa saling tukar makanan,” bebernya.
Erma – Bunda Adiba, Ibu Rumah Tangga
Membawa bekal ke sekolah bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang cinta dan perhatian yang dituangkan oleh orang tua dalam setiap kotak bekal sekolah. Salah satu cerita menarik datang dari wanita yang akrab disapa Bunda Adiba, yang dengan penuh semangat menyiapkan bekal untuk keluarga setiap hari.
“Alhamdulillah, setiap hari saya masak untuk kita semua anak-anak dan suami. Biasanya saya mulai dari setelah salat Subuh, sekitar pukul 04.40 – 06.30. Makanan sudah siap dan tinggal packing masuk lunch box,” ungkapnya.
Namun, perjuangan tidak selalu mulus. Jika bahan-bahan kurang, ia harus segera pergi ke tukang sayur di kompleks rumahnya. “Kalau bahan-bahan ada yang kurang, saya harus keluar beli ke tukang sayur. Kadang sambil terburu-buru juga,” katanya sambil tertawa.
Bekal untuk ketiga anaknya biasanya terdiri dari nasi, lauk pauk, buah, susu, dan snack. Semua porsinya sama, agar anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung aktivitas di sekolah. “Saya selalu menyiapkan porsi dan menu yang sama untuk ketiga anak saya. Semuanya sama, karena nutrisi dan gizi yang baik penting agar mereka bisa belajar dengan lebih fokus,” jelas Bunda Adiba.
Ada kalanya bekal tidak bisa disiapkan dengan sempurna, terutama jika ia sedang sakit atau menjelang datang bulan. “Kadang akhirnya mereka hanya bawa nasi uduk yang dibeli sebagai alternatif,” ucapnya.
Untuk memastikan bekal bisa disiapkan tepat waktu, ia biasanya sudah memikirkan menu sejak malam sebelumnya. Jika ada bahan yang membutuhkan waktu lama untuk dimasak, Bunda Adiba menyiapkannya lebih awal. Dengan cara ini, bekal bisa disiapkan dengan lebih praktis dan efisien di pagi hari.
Meskipun terlihat sederhana, kisah Bunda Adiba menunjukkan bahwa membawa bekal ke sekolah adalah bentuk perhatian dan cinta yang sangat berarti. Tidak hanya hemat dan sehat, bekal dari rumah juga menjadi cara untuk memastikan anak-anak mendapatkan gizi yang cukup demi mendukung prestasi mereka di sekolah.
Kalau kamu bagaimana? Pasti suka dong kalau membawa bekal untuk makan siang di sekolah. Yuk! (Resty)
Discussion about this post