Avesiar – Jakarta
Lebanon akhirnya memiliki presiden usai lebih dari 2 tahun negara tersebut dilanda kekosongan peran pemegang kendali normal. Dikutip dari The Guardian, Kamis (9/1/2025), parlemen Lebanon telah memilih komandan angkatan darat Joseph Aoun sebagai presiden baru negara itu.
Ia memperoleh 99 dari 128 suara dalam upaya ke-13 oleh parlemen yang terpecah untuk memilih kepala negara baru setelah kepergian mantan presiden Michel Aoun, yang tidak memiliki hubungan keluarga, pada Oktober 2022. Aoun merupakan kandidat favorit negara-negara besar internasional seperti Arab Saudi, Prancis, dan AS, yang memiliki hubungan baik dengannya dalam perannya sebagai kepala angkatan bersenjata Lebanon.
Pemilihan tersebut disambut baik oleh juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan disebut sebagai “langkah penting untuk mengatasi kebuntuan politik dan kelembagaan Lebanon setelah lebih dari dua tahun kekosongan presiden. Sementara itu, Joe Biden mengatakan Aoun adalah “pemimpin yang tepat untuk saat ini.”
Tugas utama Aoun adalah menegaskan kembali peran tentara Lebanon, khususnya di Lebanon selatan, tempat sejak akhir 1970-an kendali tentara telah diperebutkan oleh kelompok-kelompok seperti Organisasi Pembebasan Palestina dan Hizbullah.
Aoun berjanji untuk “meneguhkan hak negara untuk memonopoli kepemilikan senjata” dan menekankan hak tentara untuk mengendalikan perbatasan negara. Hal itu dikatakannya saat berbicara di hadapan parlemen setelah pemilihannya.
Michel Helou, sekretaris jenderal partai reformis Blok Nasional, yang telah bertemu Aoun beberapa kali, mengatakan: “Prioritas pertama adalah gencatan senjata dan yang kedua adalah menangani senjata Hizbullah. Tidak ada cara yang jelas untuk melucuti senjata Hizbullah, tetapi jika [Aoun] ingin diingat, ia harus berurusan dengan mereka.”
Kehadiran kepala negara juga dianggap perlu untuk memastikan implementasi berkelanjutan dari perjanjian gencatan senjata. Media Israel telah melaporkan dalam beberapa minggu terakhir bahwa mereka mempertimbangkan untuk tetap berada di Lebanon selatan setelah jadwal penarikan diri 60 hari dari wilayah Lebanon sebagaimana ditentukan dalam kesepakatan tersebut.
Hizbullah telah mendominasi politik Lebanon selama lebih dari dua dekade, menempatkan anggotanya di posisi kabinet dan mengendalikan kementerian-kementerian utama. Kelompok ini telah terpukul hebat dalam 14 bulan pertempuran dengan Israel, dengan sekretaris jenderalnya dan sebagian besar pimpinan seniornya tewas.
Hilangnya sekutu regional utamanya, mantan presiden Suriah Bashar al-Assad, yang memfasilitasi transfer senjata Iran dari Suriah ke Lebanon, merupakan pukulan lain dalam serangkaian pukulan bagi Hizbullah. (ard)
Discussion about this post