KAMU KUAT – Jakarta
Kecintaan terhadap alam tidak muncul begitu saja. Sebuah pengalaman mendalam kerap menjadi alasan seseorang memilih untuk mencurahkan perhatian pada pelestarian lingkungan. Sebagai generasi muda sekaligus penerus bangsa, tanggung jawab untuk peduli terhadap lingkungan menjadi sesuatu yang tak bisa diabaikan.
Melestarikan lingkungan bisa dengan melakukan hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon sembarangan, dan merawat taman yang ada di sekitar. Kegiatan tersebut ternyata hanya membutuhkan kepedulian pada lingkungan. Mudah bukan?
Bagaimana melakukan kegiatan positif semacam itu, berikut beberapa pengalaman dan kepedulian terhadap libgkungam dari para remaja sahabat kanal remaja dan anak muda KAMU KUAT! di Avesiardotcom.
Khalishah, mahasiswi semester akhir, Universitas Negeri Jakarta
“Sejak kelas 5 SD, saya sudah tertarik dengan kegiatan mencintai alam. Itu dimulai dari aktif di ekstrakurikuler Pramuka, dan saya mendapat dukungan penuh dari Ibu, yang juga seorang pecinta alam,” kenangnya.
Dukungan sang ibu menjadi motivasi besar bagi dirinya untuk terus mendalami dan mencintai alam. Minatnya tidak berhenti di SD. Saat SMP, ia semakin aktif dalam berbagai kegiatan alam bersama ekskul Pramuka. Di SMA, Ia bergabung dengan organisasi pecinta alam di luar sekolah, yang memberikannya banyak pengalaman baru.
Saat memasuki dunia perkuliahan, dedikasinya terhadap lingkungan berlanjut. Ia menjadi relawan di sebuah acara bergengsi, Science Film Festival. Festival ini pada tahun 2023 dan 2024 mengangkat tema penting: pemulihan, perlindungan, dan pelestarian alam Indonesia. Tema tersebut sejalan dengan kampanye global Dekade Restorasi Ekosistem yang dicanangkan oleh PBB.
Sebagai bagian dari acara tersebut, Khalishah berkesempatan untuk mengedukasi masyarakat melalui eksperimen sederhana. Ia mensosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan kepada siswa-siswi SD hingga SMA, mahasiswa, dan masyarakat umum.
“Kami juga mengajak mereka untuk peduli dalam memulihkan alam yang rusak dan semakin menyadari pentingnya mendaur ulang sampah plastik,” jelasnya.
Ketika ditanya apakah kegiatan ini mendapatkan dukungan dari keluarga, ia menjawab dengan penuh semangat, “Sangat didukung.” Dukungan dari keluarga, khususnya ibunya, menjadi salah satu alasan dirinya tetap konsisten dalam berbagai kegiatan lingkungan.
Asyam Falah Adinata, siswa Kelas XI, MAN 4 Jakarta
Asyam bercerita tentang pengalamannya di MAN 4 Jakarta, sebuah sekolah yang telah menjalankan program Adiwiyata. Program ini berfokus pada penghijauan lingkungan sekolah dan menjaga kebersihan, mengajarkan para siswa untuk memahami pentingnya melindungi bumi sejak dini.
“Ini bukan hanya soal lingkungan sekolah, tetapi bagaimana kebiasaan baik ini bisa terus dibawa hingga masyarakat luas,” tambahnya.
Sebagai generasi muda sekaligus penerus bangsa, tanggung jawab untuk peduli terhadap lingkungan menjadi sesuatu yang tak bisa diabaikan. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang harus peduli?” demikian ungkapnya.
Lebih jauh, ia mengungkapkan harapan besarnya untuk dapat berpartisipasi dalam gerakan peduli lingkungan yang memiliki dampak besar, baik bagi Indonesia maupun dunia. “Bayangkan jika langkah kecil kita bisa berkembang hingga skala internasional. Itu akan menjadi perubahan yang luar biasa,” ujarnya dengan penuh semangat.
Ia juga menekankan bahwa setiap orang harus mulai mengambil tindakan, sekecil apa pun itu. “Jangan terlalu acuh, seolah tidak ada perubahan apa-apa. Mulailah perubahan, meskipun hanya 1 persen. Karena hal kecil, jika dilakukan secara terus-menerus, akan menjadi sesuatu yang besar dan membawa dampak besar juga,” ujarAsyam.
Alvin Wildan Sahli, mahasiswa semester 6, Meteorologi Terapan, IPB University
Sejak tahun 2022 Alvin bergabung di komunitas Indonesian Green Action Forum (IGAF). Namun, berbeda dari konsep pecinta alam pada umumnya yang identik dengan pendakian gunung, IGAF lebih fokus pada riset lingkungan dan pengabdian masyarakat.
“Awalnya saya tertarik karena latar belakang saya di meteorologi terapan. Saya banyak terpapar isu iklim yang berhubungan langsung dengan isu lingkungan,” ungkapnya.
Pengalaman itu membuka matanya terhadap berbagai masalah nyata di lapangan, terutama ketika ia mulai aktif terjun langsung ke masyarakat. “Melihat kondisinya secara langsung semakin mempengaruhi persepsi saya terhadap isu lingkungan dan membuat saya semakin peduli,” tambahnya.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah saat ia bersama tim menjalankan program terkait water safe sanitation and hygiene serta pengolahan sampah. Dalam kegiatan tersebut, mereka bahkan sempat mengumpulkan dan menganalisis sampah di kampus IPB.
“Dari hasil pengumpulan, kami menemukan sebagian besar sampahnya adalah plastik. Hal ini menjadi bukti nyata tentang masalah serius yang dihadapi masyarakat terkait pengelolaan limbah,” ungkapnya.
Selain bergabung dengan IGAF, ia juga aktif di berbagai komunitas dan organisasi lingkungan lainnya, seperti Generasi Cerdas Iklim dan Sosling Himagreto. Salah satu kegiatan yang dijalankan adalah program pengabdian selama enam bulan di Bogor dan satu minggu di Bandung. Program ini semakin memperkuat komitmennya dalam membawa perubahan di masyarakat.
Prestasinya tidak hanya berhenti di situ. Pada bulan September lalu, ia terpilih menjadi delegasi Asia Water Council Young Professional (AWCYP) di 3rd Asia International Water Week (AIWW) di Beijing. Dalam acara bergengsi tersebut, ia membawakan topik “Youth Position in The Nerve of Political Agenda of Water: From Idea to Action.” Alvinjugaberkesempatan berdiskusi dengan narasumber dari berbagai latar belakang, mulai dari profesional, pemerintah, hingga UNESCO.
Kesempatan untuk bertemu teman-teman seperjuangan dalam berbagai forum internasional dan komunitas lingkungan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. “Bertemu orang-orang yang memiliki visi yang sama membuat saya semakin semangat untuk terus bergerak di bidang ini,” ujarnya.
Wow, kisah para remaja kuat ini menunjukkan bahwa cinta terhadap alam tidak hanya menjadi pilihan, tetapi juga tanggung jawab bersama. Dimulai sejak dini, siapa pun dapat membuat perubahan besar.
Inspirasi seperti ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda bisa menjadi motor penggerak dalam upaya pelestarian bumi. Mengajarkan kita bahwa perubahan dimulai dari kepedulian, didukung oleh aksi nyata. (Resty)
Discussion about this post