KAMU KUAT – Jakarta
Punya teman untuk curhat tentu akan membuat seseorang lebih bisa menuangkan perasaan hati baik saat senang dan susah. Ada kalanya teman adalah orang tua sendiri, kakak, saudara, atau bahkan teman dekat.
Orang tua, keluarga, dan sahabat dekat adalah anugerah yang tidak ternilai. Terutama ketika mereka menjadi tempat untuk berbagi cerita dan keluh kesah, Memiliki teman curhat adalah salah satu hal yang penting, terutama di masa remaja. Bagi sebagian orang, teman curhat adalah tempat untuk berbagi cerita, meluapkan unek-unek, hingga mencari solusi dari masalah yang dihadapi.
Bagaimana remaja melakukan curhat dan kepada siapa? Berikut beberapa pengalaman siswa dan mahasiswa sahabat kanal remaja dan anak muda KAMU KUAT!
Muhammad Irsyad Rafi, mahasiswa semester 2, Universitas Pamulang
“Sebenarnya aku punya teman dekat sebagai tempat untuk bercerita, tapi karena kesibukan sehari-hari, aku jarang banget curhat,” ujar Irsyad.
Ia juga menyadari bahwa setiap orang, termasuk teman dekat, membutuhkan ruang untuk dirinya sendiri. “Teman aku sendiri juga butuh ruang untuk ketenangan,” tambahnya.
Meski begitu, hubungan dengan sahabat tetap terasa istimewa karena kedekatan dan keakraban yang dibarengi dengan humor. “Kedekatan kami disertai humor yang nggak jauh beda, 11-12 lah,” serunya. Kesamaan selera menjadi salah satu alasan mengapa hubungan persahabatan mereka begitu erat.
“Biasanya, beberapa teman dekat memiliki selera yang sama, entah itu musik, pemikiran, atau tentang edukasi,” jelasnya.
Kepercayaan terhadap sahabat, menurutnya, datang secara alami. “Percaya itu kadang muncul karena naluri alami manusia,” ujarnya. Dalam persahabatan, ia merasakan banyak hal positif, seperti kebahagiaan, keringanan beban saat berbagi cerita, dan kehangatan dalam hubungan yang akrab. Curhat, lanjut Irsyad, bisa bikin bahagia, senang, dan terkadang meringankan beban.
Kebetulan, ia memiliki tiga sahabat dekat, sehingga persahabatan mereka berjumlah empat orang. Dalam persahabatan itu mereka berbagi banyak hal, mulai dari karier, humor, hingga diskusi tentang selera musik dan edukasi.
Gisella Afizah, siswi kelas 7, SMPN 8 kota Tangerang Selatan
Begitu pula dengan seorang remaja yang memiliki empat sahabat dekat, yaitu Raissa, Carissa, Endhita, dan Nadin.
“Aku percaya banget sama mereka karena mereka bisa jaga rahasia aku, dan mereka selalu ngasih solusi atau nasihat buat aku. Meskipun kami kini bersekolah di tempat yang berbeda, hubungan persahabatan kami tetap erat,” ungkapnya.
Meskipun beda sekolah, ia mengakui biasa curhat lewat WhatsApp, atau terkadang janjian buat bertemu. Saat bertemu, curhat menjadi momen untuk meluapkan perasaan. Biasanya setelah curhat, katanya, langsung lupa akan masalah asyik ngobrol-ngobrol dan bikin happy.
“Teman curhat itu sangat penting. Kalau dipendam sendiri rasanya enggak enak banget. Teman curhat tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pemberi solusi yang baik. Mereka selalu ngasih solusi dan nasihat yang baik buat aku,” katanya.
Ketika ditanya mengapa lebih memilih curhat kepada teman dibandingkan keluarga, ia menjawab dengan jujur. “Kalau curhat sama Mama, kadang aku dikasih solusi, tapi curhatan aku jarang didengerin sepenuhnya,” ungkapnya.
Hubungan persahabatan yang sudah terjalin sejak kelas 5 SD hingga kini di kelas 7 membuatnya semakin nyaman untuk berbagi cerita dengan teman-temannya. Namun, ia mengaku tidak pernah curhat di media sosial. karena kurang ada privasinya,” ujarnya.
Zahra Izz Zayani Wahyudi, siswi kelas 9.4, SMP IT Insan Harapan
Zahra berbagi pengalamannya yang lebih sering curhat kepada orang tua dibandingkan teman-temannya.
“Biasanya sih aku selalu curhat ke orang tuaku, terutama Mama. Tapi ada juga beberapa hal yang kadang aku curhatkan ke Papa,” ungkapnya. Ia merasa nyaman berbagi cerita tentang berbagai hal, seperti pengalaman di sekolah, pertemanan, hingga cita-cita.
Ketika ditanya apakah pernah merasa kecewa karena respon orang tua tidak sesuai harapan, ia dengan bijak menjawab, “Selama ini sih belum pernah. Aku selalu berpikir kalau responnya kurang sesuai, itu berarti Mama sedang kurang konsentrasi karena ada beberapa faktor. Jadi, aku wajarin saja.”
Ia juga menjelaskan mengapa lebih memilih curhat kepada orang tua dibandingkan teman sebaya. “Mama selalu mengingatkan kalau mau curhat lebih baik ke orang tua, karena mereka sudah benar-benar berpengalaman dan lebih aman,” jelasnya.
Ia merasa faktor itu sangat memengaruhi keputusannya untuk tidak terlalu banyak berbagi dengan teman. Selain itu, ia juga tidak pernah curhat di media sosial karena merasa hal itu cukup berisiko. “Menurutku, curhat di medsos cukup bahaya. Cerita yang kita punya sebaiknya jangan di-share ke orang lain, apalagi medsos itu kan sifatnya umum,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan opininya tentang remaja yang lebih banyak curhat di media sosial. “Menurutku, itu menjadi risiko yang cukup besar. Karena cerita yang sudah kita alami sebenarnya tidak perlu diketahui oleh orang lain,” tambahnya.
Pengalaman ini mengajarkan bahwa curhat kepada orang tua bisa menjadi pilihan yang bijak, terutama karena mereka lebih berpengalaman dan mampu memberikan solusi yang tepat. Selain itu, menjaga privasi adalah hal penting, terutama di era digital seperti sekarang, di mana informasi yang dibagikan di media sosial bisa menjadi bumerang. Bagi remaja, memilih tempat curhat yang tepat adalah langkah untuk menjaga kenyamanan dan keamanan diri.
Persahabatan seperti ini menjadi pengingat bahwa memiliki teman dekat untuk berbagi cerita adalah salah satu hal yang membuat hidup lebih berwarna. Meskipun tidak selalu bisa curhat setiap waktu, keakraban dan kebersamaan tetap menjadi landasan yang kuat dalam hubungan tersebut. Selain membantu meringankan beban, curhat juga menjadi cara untuk mempererat hubungan persahabatan dan kepercayaan. So, kita juga harus bijak kepada siapa harus curhat tentunya ya, Guys! (Resty)
Discussion about this post