KAMU KUAT – Jakarta
Di sekolah, setiap siswa pasti pernah bertemu dengan berbagai tipe guru. Ada yang dikenal sebagai guru yang santai, ada yang tegas, dan ada juga yang dianggap galak. Namun, bagaimana sebenarnya perbedaan antara guru galak dan guru tegas? Apakah guru yang tegas selalu terlihat galak, atau justru ada batasan yang membedakan keduanya?
Memahami perbedaan antara guru galak dan guru tegas dapat dilihat dari perspektif tertentu. Bagi siswa, tentu hal ini cukup akrab di tengah-tengah proses belajar yang mereka lalui. Meskipun belum tentu bisa menjadi acuan, untuk memahami lebih dalam perbedaan ini, yuk kita simak pandangan beberapa siswa terhadap kedua tipe guru tersebut.
Sekar Puti Menur, siswi kelas 12, MAN 1, Kota Tangerang Selatan

Menurut Sekar, perbedaan utama antara guru galak dan guru tegas terletak pada pengendalian emosi. “Guru yang galak cenderung tidak dapat mengontrol emosinya di depan murid-muridnya. Sementara guru tegas, masih bisa mengontrol emosinya dan tetap profesional dengan perannya sebagai guru,” ujar Sekar.
Ini menunjukkan bahwa bagi siswa, seorang guru yang tegas tetap bisa dihormati karena sikapnya yang profesional. Sebaliknya, guru yang galak lebih sering dianggap sebagai sosok yang emosional, yang mungkin membuat siswa merasa tidak nyaman.
Sekar juga menceritakan pengalaman pribadinya saat masih SD, ketika ia diajar oleh seorang guru yang menurutnya terlalu galak. “Saat itu, saya belum tahu bahwa saya sebenarnya berhak mengkritik sikap beliau. Waktu itu rasanya cukup traumatis, dan membuat saya tidak termotivasi belajar ketika jam pelajaran beliau.”
Dari kisah ini, bisa kita lihat bahwa pendekatan mengajar yang terlalu keras atau penuh emosi bisa berdampak buruk pada motivasi belajar siswa. Bahkan, bisa menimbulkan trauma yang bertahan hingga bertahun-tahun.
Ketika ditanya tentang tipe guru yang ideal, Sekar menjawab bahwa ia lebih menyukai guru yang santai namun tetap serius dalam mengajar. “Saya lebih cocok dengan guru yang santai namun tetap ‘mengajar’. Karena dengan begitu, saya merasa bahwa belajar tidak terlalu menjadi beban. Tapi tentu bukan santai yang selalu memberikan jam kosong.”
Menurut Sekar, suasana belajar yang nyaman bisa membantu siswa lebih menikmati pelajaran tanpa merasa tertekan. Namun, ia juga menegaskan bahwa guru harus tetap memiliki kontrol terhadap kelas agar proses belajar tetap berjalan dengan baik.
Selain itu, Sekar juga berpendapat bahwa guru yang ideal adalah guru yang peduli, mau berinteraksi dengan muridnya, serta terbuka terhadap kritik dan saran. “Mungkin ibu dan bapak guru bisa menanyakan feedback kepada murid tentang proses belajar mengajar, sehingga dapat memperbaiki metode mengajar agar lebih baik bagi kedua pihak.”
Dari cerita Sekar, kita bisa menyimpulkan bahwa guru tegas adalah guru yang mampu mengontrol emosinya, tetap disiplin, dan memperlakukan siswa dengan adil. Sedangkan guru galak lebih sering dianggap emosional dan kurang memperhatikan dampak psikologis terhadap siswa.
Li’amira Ifra Jauhari, siswi kelas 8, SMP Islam Al-Azhar 25, Tangerang Selatan

Menurut Li’amira, perbedaan utama antara guru galak dan guru tegas terletak pada cara mereka menegur murid yang melakukan kesalahan.
“Guru galak itu guru yang suka marah karena muridnya bisa saja melakukan kesalahan, sedangkan guru yang tegas lebih ke memperingati atau memberitahu murid yang salah, tapi nggak galak-galak banget,” ujar Amira.
Berbeda dari beberapa siswa lain yang lebih nyaman dengan guru santai, Li’amira justru lebih suka dengan guru yang tegas.
“Lebih ke tegas sih, soalnya kalau guru yang lebih santai itu kadang nggak terlalu memperhatikan muridnya. Muridnya malah jadi terlalu santai dan nggak fokus belajarnya.”
Hal ini menunjukkan bahwa bagi sebagian siswa, guru yang terlalu santai justru bisa membuat suasana belajar menjadi kurang efektif. Mereka membutuhkan batasan yang jelas agar tetap bisa fokus dan disiplin.
Ketika ditanya apakah guru yang galak membuat siswa lebih disiplin atau justru takut, Li’amira menjawab bahwa hal itu tergantung pada cara siswa menanggapi sikap gurunya. “Kalau muridnya salah tangkap, mereka bisa jadi lebih takut. Tapi kalau mereka mendengarkan alasan guru marah dan tidak mengulangi kesalahan, mereka bisa lebih disiplin,” ujar Amira.
Menurutnya, salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah siswa merasa dimarahi tanpa sebab, padahal sebenarnya guru marah karena mereka memang melakukan kesalahan.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak semua siswa bisa menerima teguran dengan baik. “Kalau muridnya itu memasukkan perkataan guru galak ke hati dan dia punya hati yang sensitif, bisa saja kehilangan semangat belajarnya.”
Barshal Kharfino, siswa kelas 8, SMP Negeri 11, Tangerang Selatan

Menurut Barshal, perbedaan utama antara guru galak dan guru tegas terletak pada cara mereka menyampaikan aturan.
“Kalau guru yang galak lebih sering marah-marah, bahkan untuk hal kecil. Sementara guru yang tegas, memberikan aturan yang jelas dan alasan logis.” Dari pendapat Barshal ini, terlihat bahwa siswa lebih menghargai guru yang tegas karena mereka memberikan aturan dengan alasan yang masuk akal, bukan hanya sekadar memarahi tanpa penjelasan.
Tidak semua siswa bisa menerima sikap guru yang terlalu keras. Barshal mengungkapkan bahwa ia merasa kecewa jika bertemu dengan guru yang terlalu galak. “Rasanya kecewa ketika ada guru yang terlalu galak,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya, guru yang terlalu galak bisa membuat siswa takut dan bahkan berdampak pada semangat belajar mereka.
“Guru yang terlalu galak membuat siswa jadi takut. Dampaknya, mungkin bisa membuat siswa sedikit lebih malas.”
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang terlalu keras dalam mengajar justru bisa menurunkan motivasi siswa daripada meningkatkan kedisiplinan mereka.
Ketika ditanya tentang tipe guru yang paling nyaman untuknya, Barshal lebih memilih guru yang santai. “Saya lebih nyaman belajar dengan guru yang lebih santai, karena dapat membuat saya lebih nyaman dan juga mudah dimengerti.”
Menurutnya, suasana kelas yang lebih rileks bisa membantu siswa lebih memahami pelajaran dengan baik, tanpa tekanan atau rasa takut yang berlebihan.
Sebagai saran, Barshal berharap para guru bisa mengajar dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan. “Menurut saya, guru yang ideal adalah yang cara mengajarnya lebih santai dan asik dengan muridnya,” ucapnya.
Budhy Ramdhany, S.Pd., M.Pd, Ketua Umum PB MGBK Indonesia & Guru BK SMAN 3 Bandung

Setiap guru memiliki cara mengajar yang berbeda, tetapi ada dua tipe yang sering dibandingkan oleh siswa yaitu guru galak dan guru tegas.
Bagi sebagian siswa, guru galak adalah sosok yang mudah marah dan sulit diajak berdiskusi, sedangkan guru tegas adalah guru yang memiliki aturan jelas tanpa perlu membentak atau menghukum secara berlebihan.
Untuk memahami lebih dalam perbedaan ini dari sudut pandang seorang pendidik, berikut wawancara dengan Guru BK yang juga Ketua Umum Majelis Guru Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Menurut Budhy Ramdhany, S.Pd., M.PD , ada beberapa ciri utama yang membedakan guru galak dan guru tegas:
Ciri-Ciri Guru Galak
• Cepat marah dan emosional
• Mudah terpancing emosi ketika siswa ribut atau tidak fokus di kelas.
• Menyindir atau mencaci siswa yang menjawab pertanyaan dengan salah.
• Menggunakan kekerasan verbal atau bahkan fisik, seperti menyentil dahi siswa.
• Kurang percaya diri dan tidak memiliki metode mengajar yang menarik
• Mengajar dengan cara yang monoton dan membosankan.
• Tidak memiliki strategi untuk membuat pembelajaran lebih interaktif.
• Sensitif dan sering menyindir siswa
• Menganggap tingkah laku siswa sebagai bentuk ketidakhormatan.
• Bersikap pilih kasih terhadap siswa tertentu.
Ciri-Ciri Guru Tegas
• Sopan dan santun kepada siswa
• Tidak mudah terpancing emosi karena memahami bahwa siswa masih dalam tahap perkembangan.
• Responsif terhadap masalah siswa
* Cepat bertindak jika melihat ada siswa yang mengalami kesulitan, baik akademik maupun non-akademik.
• Memahami kebutuhan belajar siswa
• Menyusun pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, bukan sekadar menyampaikan materi.
• Membuat variasi dalam metode pembelajaran
• Menggunakan pendekatan yang kreatif agar siswa tetap bersemangat belajar.
• Menghargai usaha siswa
• Memberikan apresiasi bukan hanya berdasarkan hasil tes, tetapi juga berdasarkan sikap dan usaha belajar mereka.
Dampak Guru Galak terhadap Psikologis Siswa
Guru yang terlalu galak ternyata dapat berdampak negatif pada mental dan motivasi belajar siswa. Hal ini terjadi karena setiap siswa memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda.
“Seyogyanya guru harus memahami perkembangan siswa dan apa yang menjadi kebutuhan mereka,” ujar Budi.
Misalnya, seorang siswa dari keluarga broken home atau dengan tingkat IQ tertentu mungkin membutuhkan pendekatan berbeda agar bisa memahami pelajaran dengan baik. Jika seorang guru hanya fokus pada kemarahan tanpa mencari tahu latar belakang siswanya, maka hal ini bisa membuat siswa kehilangan semangat belajar dan bahkan merasa tertekan di sekolah.
Peran Guru BK dalam Menjembatani Siswa dan Guru
Ketika terjadi kesalahpahaman antara guru dan siswa, peran Guru BK (Bimbingan dan Konseling) sangat penting. Guru BK berperan sebagai mediator yang membantu komunikasi antara siswa dan guru agar tercipta suasana belajar yang lebih baik.
Menurut Budi, ada beberapa cara yang dilakukan Guru BK untuk membantu siswa dan guru memahami satu sama lain:
• Bimbingan Kelompok
• Guru BK mengadakan sesi diskusi di mana siswa dan guru bisa saling mengungkapkan perasaan mereka terkait suasana kelas.
• Melalui diskusi ini, dicari solusi bersama agar kelas menjadi tempat belajar yang lebih menyenangkan.
• Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran
• Guru BK bekerja sama dengan guru mata pelajaran untuk memahami masalah yang dihadapi siswa di kelas.
• Memberikan saran kepada guru agar bisa lebih memahami karakter dan kebutuhan siswa.
Dari wawancara ini, kita bisa memahami bahwa guru galak dan guru tegas adalah dua hal yang berbeda. Guru galak cenderung emosional dan sulit mengontrol diri, sedangkan guru tegas tetap mampu mengatur kelas dengan cara yang lebih positif dan mendukung perkembangan siswa.
Peran Guru BK menjadi sangat penting dalam menjembatani komunikasi antara siswa dan guru yang dianggap galak. Dengan adanya bimbingan dan pendekatan yang lebih baik, lingkungan belajar bisa menjadi lebih nyaman dan efektif bagi semua pihak.
Jadi, guru ideal bukanlah yang hanya menuntut kedisiplinan tanpa mempertimbangkan perasaan siswa, tetapi yang mampu menyeimbangkan ketegasan dengan empati dan metode mengajar yang menyenangkan.
Pada akhirnya, setiap guru memiliki cara tersendiri dalam mendidik siswanya, tetapi yang paling penting adalah bagaimana pendekatan mereka memengaruhi semangat belajar siswa. (Resty)
Discussion about this post