KAMU KUAT – Jakarta
Pernah nggak sih kamu mikir, gimana jadinya kota-kota kita kalau semua orang naik kendaraan pribadi? Macet di mana-mana, polusi makin tebal, dan jalanan jadi penuh sesak. Di tengah semua itu, angkutan umum sebenarnya bisa jadi solusi jitu.
Tapi, kenyataannya masih banyak anak muda yang ragu atau malas naik transportasi umum entah karena kurang nyaman, nggak terjangkau, atau nggak praktis. Padahal, kalau sistemnya bagus dan fasilitasnya memadai, transportasi umum bisa banget jadi pilihan utama kita.
Nah, beberapa teman remaja dari berbagai daerah punya cerita seru dan pendapat unik soal angkutan umum. Yuk, simak bareng-bareng pengalaman dan harapan para sahabat kanal KAMU KUAT! Avesiar.com
Eka Widiyanti, mahasiswi semester 4, Universitas Teknokrat Indonesia

Eka bilang, dia cukup sering naik transportasi umum, terutama bus. Menurutnya, transportasi umum di daerah tempat tinggalnya udah lumayan nyaman, tapi masih perlu pengembangan. “Harusnya bisa kayak di Jakarta yang udah pakai sistem pembayaran kartu dan lebih terintegrasi,” katanya.
Kalau disuruh pilih, Eka masih lebih sering pakai kendaraan pribadi. Kenapa? “Karena akses angkutan umum belum tersebar luas di daerah saya. Jadi masih lebih praktis pakai kendaraan sendiri,” jelasnya.
Menurut Eka, salah satu hal yang paling oke dari transportasi umum adalah harganya yang ramah di kantong. Tapi, ada juga hal yang bikin nggak nyaman. “Kadang ketemu orang yang bau atau yang suka jahil, jadi kurang aman,” curhatnya.
Kalau punya kesempatan ngasih saran ke pemerintah, Eka pengen banget supaya jumlah dan jangkauan angkutan umum ditambah. “Biar makin banyak orang bisa akses transportasi umum dengan nyaman dan aman,” ujar Eka
Eka percaya banget kalau anak muda harus peduli dan mau pakai transportasi umum. “Itu penting banget buat ngurangin macet dan polusi udara,” katanya.
Pesan Eka Buat Masa Depan Terakhir, Eka berharap ke depannya transportasi umum makin layak dan menarik. “Kalau angkutannya nyaman dan aman, masyarakat pasti lebih sadar dan mau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum,” tutup Eka.
Aisha Cahyarani Nabila, mahasiswi semester 4, Universitas Jenderal Soedirman

Aisha punya cerita seru soal pengalaman naik angkutan umum dari zaman SD sampai sekarang merantau ke Purwokerto.
Dulu Angkot, Sekarang Transbanyumas dan KRL “Dulu pas SD sampai SMP aku sering banget naik angkot,” cerita Aisha.
Tapi sejak merantau ke Purwokerto, dia lebih sering naik Transbanyumas transportasi umum andalan kota itu. “Aku juga sering naik KRL kalau lagi pulang kampung pas libur kuliah,” tambahnya.
Menurut Aisha, Transbanyumas udah kekinian banget. “Sekarang bisa bayar pakai QRIS, jadi cocok banget buat yang udah terbiasa cashless,” katanya. Belum lagi fasilitas kayak AC dan tempat duduknya juga masih bagus dan bersih. Untuk KRL, Aisha juga salut karena sekarang lebih tertib dan nyaman.
Meskipun suka naik transportasi umum, Aisha masih sering pakai kendaraan pribadi. “Soalnya bisa sekalian quality time bareng keluarga atau teman,” ungkapnya. Tapi dia juga paham banget pentingnya transportasi umum buat ngurangin macet dan polusi.
Soal hal-hal yang dia suka, Aisha bilang, “Jelas karena murah, Naik Transbanyumas cuma sekitar 3 ribu.” Tapi ya, ada juga sisi kurang enaknya. Misalnya, angkot yang suka ngetem dan jadwalnya nggak jelas.
Aisha yakin, anak muda punya peran penting dalam mendorong penggunaan transportasi umum. “Dengan naik transportasi umum, kita ikut bantu kurangi polusi dan kemacetan,” tegasnya.
Terakhir, Aisha berharap fasilitas transportasi umum makin lengkap dan nyaman, serta bisa jadi solusi buat semua kalangan. “Semoga bisa makin memudahkan siapa pun yang mau bepergian,” tutupnya.
Marwati, siswi kelas 11, SMA Negeri 1 Rumpin, Bogor

Transportasi umum emang nggak selalu jadi pilihan utama buat sebagian orang, apalagi kalau aksesnya terbatas. Tapi siapa sangka, dari daerah yang jauh dari pusat kota, ada pelajar yang tetap punya kepedulian tinggi soal pentingnya transportasi umum. Dia adalah Marwati, siswi kelas XI dari SMA Negeri 1 Rumpin.
Marwati nggak terlalu sering naik transportasi umum, tapi kalau memang perlu, biasanya dia naik angkot atau kereta. “Soalnya di daerahku susah banget nemuin transportasi umum. Harus jalan sekitar 10 km dulu buat nemu yang terdekat,” ujarnya.
Karena akses yang minim, Marwati lebih nyaman naik kendaraan pribadi. “Lebih efektif dan efisien, apalagi kalau harus buru-buru ke sekolah atau ke tempat lain,” katanya.
Satu hal yang bikin Marwati kurang suka dari transportasi umum adalah harus nunggu lama karena angkot suka ngetem sampai penuh. Dan lebih parah lagi, kondisi jalan di daerahnya banyak yang rusak karena dilalui truk-truk tambang berat setiap hari.
“Akibatnya, transportasi umum jadi nggak bisa maksimal. Aku berharap pemerintah lebih perhatian sama fasilitas jalan,” ungkapnya.
Meski jarang naik angkutan umum, Marwati tetap sadar pentingnya peran generasi muda dalam penggunaan transportasi umum. “Biar kita nggak terus-terusan tergantung kendaraan pribadi. Bisa bantu ngurangin macet, polusi, dan hemat juga,” jelasnya.
Marwati punya harapan besar buat transportasi umum ke depan. “Semoga jumlahnya ditambah, terutama di wilayah yang banyak pelajarnya. Kalau bisa juga berbasis listrik supaya ramah lingkungan,” tutup Marwati
Dari cerita mereka, kita bisa lihat kalau transportasi umum itu penting banget bukan cuma buat sekarang, tapi juga buat masa depan. Makin banyak anak muda yang pakai transportasi umum, makin besar juga dampak positifnya: polusi berkurang, jalanan lebih lengang, dan biaya transportasi pun jadi lebih hemat. Tapi tentu aja, semua itu harus didukung dengan fasilitas yang nyaman, rute yang jelas, dan akses yang merata.
Jadi, sudah saatnya kita nggak cuma mengeluh soal macet, tapi mulai ikut peduli dan ambil peran. Karena perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil seperti memilih naik bus, angkot, atau kereta hari ini. (Resty)
Discussion about this post